Lima
Penderita Leptopirosis Meninggal Dunia
JAKARTA -- Jumlah penderita leptopirosis (kencing tikus) yang meninggal hingga
Kamis (22/2) pagi mencapai lima orang. Meskipun banjir mulai menurun, penyakit
ini harus tetap diwaspadai. Pasalnya, penyakit yang disebabkan bakteri
Leptospira ini masih dalam kondisi masa inkubasi.
''Pasien yang meninggal akibat penyakit kencing tikus bertambah menjadi lima
orang, padahal sehari sebelumnya masih tercatat tiga orang yang meninggal,''
kata Kepala Pusat Pengendalian Krisis (PPK) Departemen Kesehatan (Depkes), dr.
Rustam S Pakaya. Menurut Rustam, tiga korban meninggal itu sebelumnya dirawat
di RSUD Tarakan, satu korban di RS Sulianti Saroso, dan satu lainnya di RSUD
Tangerang. Sementara, pasien suspect leptospirosis, mencapai 135 kasus.
Data terakhir yang diperoleh, kata Rustam, penderita lepstopirosis ada 119
orang dan suspect sebanyak 33 kasus. Pasien tersebar di sejumlah rumah sakit,
di antaranya di RSUD Tarakan (36 pasien), RSUD Cengkareng (sembilan orang) RSUD
Tangerang (13 orang), RS Persahabatan (tujuh orang), RSUD Budhi Asih (enam
orang), Rumah Sakit Infeksi Paru Sulianti Saroso (RSPI-SS) dua orang, RS Sumber
Waras (lima orang), RS Fatmawati (tujuh orang), dan RS Gading Pluit (satu
orang).
Sementara, penderita yang telah pulang dan sembuh 20 orang, yaitu di RSUD
Cengkareng (dua orang), RSUD Tarakan (10 orang), RSUD Tangerang (enam orang),
RSPI SS (satu orang), dan RS Gading Pluit (satu orang). Rustam menjelaskan,
hingga Rabu malam, data pasien pascabanjir masih dirawat di 32 rumah sakit (RS)
di DKI Jakarta, Banten, dan Jabar sebanyak 1.456 pasien. Jumlah tersebut
termasuk pasien demam berdarah dengue (DBD), yakni yang dirawat sebanyak 378
orang dan meninggal 13 orang.
Sementara untuk untuk pasien GEA (gastro, muntah, enteritis, berak
encer,acuta), yang dirawat 712 orang, dan meninggal 20 orang. Untuk kasus
tetanus dua orang, dan sisanya patah tulang, ISPA, dan lainnya, Menurut Rustam,
kecepatan penananganan pasien-pasien pascabanjir termasuk penanganan kencing
tikus, sudah ada standar operasionalnya (SOP). ''Karenanya, semua sudah kami
serahkan kepada dokter di RS setempat,'' ujarnya.
Pada peristiwa banjir tahun 2002 silam, tercatat ada 113 pasien leptospirosisdi
Jakarta, 20 di antaranya meninggal. Pada saat itu banyak kasus liver yang
diakibatkan penyakit atau kencing tikus ini. Menurut Rustam, penyakit ganas ini
dipicu bakteri Leptospira yang ada pada ginjal tikus. Saat si tikus kencing,air
seninya bercampur air bah yang mengalir ke segala penjuru kota. Koloni bakteri pun
bebas merdeka memasuki tubuh manusia, terutama melalui kulit
yang tergores. Biasanya, penderita akan mual, muntah, demam, diikuti
pembengkakan limfa yang mematikan.
Untuk pencegahan, kata Rustam, masyarakat di daerah banjir harusmenggunakan
sepatu boot. Selain itu, masyarakat harus menjaga kondisi tubuh karena korban
banjir pasti staminanya menurun.
Kondisi di tempat banjir pastilah bercampur dengan sampah sehingga masyarakat
yang membersihkan sampah harus berhati-hati. Bagi warga yang menemukan gejala leptospirosis
seperti panas dan mata merah segera dibawa ke RS atau ke dokter setempat.
Sementara itu, Sekjen Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia,
Dr. Ari Fahrial Syam mengatakan bahwa pasien yang masuk rumah sakit karena
leptospirosis meningkat. Untuk itu, warga harus terus menjaga kesehatan dan
jika terjadi gejala leptospirosis harus segera dibawa ke RS.
Sumber:
Republika, Jumat, 23 Februari 2007 dengan pengubahan
http://shazabrina.blogspot.com/2011/04/menulis-teks-berita-secara-singkat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar